Ilustrasi (dari kiri ke kanan); Karyati, Kurnia Rahmianum, Novika Sari, dan Riza Ferilinda [dok. istimewa]

 

Aceh Tamiang – Humas: Hari Ibu diperingati oleh segenap Bangsa Indonesia setiap tanggal 22 Desember. Tanggal ini, 91 tahun silam, atau 22 Desember 1928 sebenarnya merupakan kali pertama penyelenggaraan Kongres Perempuan di Yogyakarta, yang diinisiasi dan diikuti oleh lebih dari 30 organisasi perempuan. Pada peringatan HUT Kongres Perempuan ke 25, melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia.

Berbicara sosok ibu, sejak dulu hingga masa kekinian, selalu melekat dengan pendidikan. Apalagi bila dikaitkan dengan agama yang diimani oleh mayoritas warga negeri ini, Islam. Secara tegas, Islam menyebutkan ibu sebagai “madrasah pertama bagi anak”. Ia membawa peran penting bagi kehidupan. Jika ia salah mendidik dan menanamkan akhlak pada anak, tentu menjadi awal kehancuran generasi penerus dan punahnya peradaban mulia manusia.

Berkaitan dengan Hari Ibu pula, pada kesempatan hari ini, tim redaksi Humas Aceh Tamiang mengangkat profil 4 sosok “madrasah” yang telah menorehkan prestasi sebagai Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi di ajang nasional. Profil keempatnya tersebut diangkat sebagai wujud apresiasi serta dapat dikenal lebih luas oleh khalayak. Berikut kami rangkum keempat srikandi pendidikan Aceh Tamiang ini. 

1. Karyati, S.Pd

Karyati, singkat saja namanya. Sesuai namanya, ibu yang melahirkan perempuan tegas ini 35 tahun yang lalu, ingin ia menjadi orang yang memiliki karya nan bermanfaat bagi sesama.

Yati, begitu biasa ia disapa oleh rekan-rekannya adalah Guru Mata Pelajaran PPKn pada SMK Negeri 3 Karang Baru. Selain mengajar, Yati turut diamanahi tugas lain sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang Humas.

Lulus dari Universitas Negeri Medan pada 2007, Yati langsung mengajar. Di daerah asalnya dahulu, ia aktif menjadi pengurus organisasi kemasyarakatan terutama di bidang pengarusutamaan gender, pendidikan politik dan kewarganegaraan bagi perempuan.

Tahun 2010, Karyati hijrah dari Serdang Berdagai ke Aceh Tamiang. Ia lulus sebagai CPNS di kabupaten berjuluk Bumi Muda Sedia, dan ditempatkan sebagai guru PPKn pada SMK Negeri 3 Karang Baru sampai dengan hari ini.

Lama mengajar, Karyati diusulkan mengikuti ajang penghargaan bagi Guru PPKn, Anugerah Konstitusi Tahun 2019. Mulai tingkat kabupaten hingga ke tingkat Aceh, ibu dua anak ini menorehkan prestasi cemerlang. Ia didaulat menjadi yang terbaik. Raihan tersebut kemudian mengantarkannya mengikuti ajang yang sama ke tingkat nasional.

Hasilnya, Karyati kembali menorehkan prestasi gemilang nan membanggakan bagi dunia pendidikan Aceh. Ia berhasil memperoleh Juara 2 Nasional Anugerah Konstitusi bagi Guru PPKn kategori Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus.

Namun, ia tak lantas jumawa dengan prestasinya tersebut. ditegaskannya, apa yang diraihnya adalah hasil kerja keras bersama yang disertai doa dan dukungan keluarga.

“Apa yang telah saya raih adalah hasil kerja keras bersama. Ada orang tua, suami, anak-anak, kepala sekolah, rekan-rekan guru, dan dukungan para murid yang turut memberikan sumbangsih di dalamnya. Merekalah keluarga saya. Mereka yang senantiasa mendoakan dan mendukung saya,” ujarnya. 

Karyati mengakui, ia menyadari betul arti dan peran penting orang-orang dibalik prestasinya tersebut. Karenanya, ia berkomitmen terus memberikan yang terbaik kepada semuanya, terutama sumbangsihnya bagi pencerdasan generasi penerus, menanamkan akhlak guna membangun peradaban bangsa di masa mendatang.  

2. Kurnia Rahmianum, S.Pd., M.Pd.

Kurnia Rahmianum, 32 tahun, sehari-hari berdinas di SMP Negeri 4 Percontohan Karang Baru. Nia, demikian sapaan akrabnya, adalah Guru Mata Pelajaran Matematika. Ibu dua anak ini mengajar pada kelas VII dan kelas VIII di sekolah tersebut.

Lahir dan besar di Pangkalan Berandan - Langkat, Nia mengaku sedari kecil ia memang bercita-cita menjadi guru. Bidang studi matematika menjadi pilihannya ketika ia mulai memasuki perguruan tinggi. Ia memilih matematika, justru karena stigma bidang studi ini terkenal sulit. Namun di situlah tantangan menurutnya. Isteri dari Kahal Fahri, Kasie PSDA pada Satpol PP & WH Aceh Tamiang, ini tertantang untuk menjadi guru yang mampu membuat pelajaran matematika menjadi mudah di mata murid-muridnya.

Tahun 2019 menjadi tahun sarat prestasi baginya. Dimulai dari tingkat kabupaten, Nia meraih Juara 1 kategori Guru SMP dalam ajang Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan. Ia terus melaju. Nia kembali meraih Juara 1 di ajang serupa tingkat Aceh. Bertanding di tingkat nasional, Nia kembali menuai prestasi. Ia menjadi Juara 3 kategori Guru SMP di ajang Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan tingkat Nasional Tahun 2019.

Menetap di Aceh Tamiang sejak 2010, Nia berujar, prestasi yang diraihnya ini tak lepas dari dukungan Kepala Sekolah, rekan-rekan rekan guru, serta murid dan pihak dinas terkait. Namun kata Nia, selain itu, dukungan suaminya menjadi amat penting hingga prestasi mampu diraihnya.

“Kepala Sekolah, rekan-rekan guru, murid, dan banyak pihak lain yang berjasa atas raihan prestasi Nia. Namun, Nia tentu sangat menyadari, ada andil besar suami di balik semuanya. Berkat dukungan, doa dan restu suamilah Nia bisa fokus dan mengikuti setiap fase seleksi hingga meraih predikat terbaik nasional,” sebutnya.

Atas prestasinya tersebut, alumni Magister Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan ini sangat bersyukur. Nia bersyukur, ia mampu memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan di Bumi Muda Sedia. Nia berharap, para GTK Aceh Tamiang lain mampu menyambung estafet prestasi, untuk ikut menggemakan nama Aceh Tamiang di pentas nasional.

Yang paling penting menurutnya, ada efek positif berupa motivasi kepada para murid-muridnya supaya mampu memahami mata pelajaran matematika sebagai pelajaran yang mudah dan menyenangkan, bukan sebaliknya.

3. Novika Sari, SST.Par.

Novika Sari terlahir sebagai anak kembar pada 33 tahun yang lalu. Anak pertama dari 4 bersaudara ini terkenal aktif sejak kecil. Dibesarkan oleh ibu yang juga berprofesi guru, membuatnya menyukai dunia pendidikan.

Lahir dan besar di Aceh Tamiang, Sari, panggilannya, pada 2005 kemudian hijrah ke Jakarta. Di sana, ia melanjutkan pendidikan tinggi setelah memenangkan Beasiswa Kemendikbud, yang saat itu membuka Program Beasiswa Calon Guru SMK.

Di Ibukota, Sari berkuliah di dua kampus sekaligus, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Bisnis & Pariwisata, Depok, dan Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, yang berada di Bintaro, Jakarta. Dari situ, Sari juga berkuliah di Universitas Negeri Jakarta untuk mengambil Program Pendidikan Sertifikat Mengajar, sebagai pengganti Akta IV bagi calon guru.

Pulang ke Aceh Tamiang pada 2009, Novika Sari mengikuti seleksi CPNS dan lulus pada formasi Guru Perhotelan di SMK Negeri 3 Karang Baru. Setelah berstatus PNS, Sari turut diamanahi beban lain, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan Prasarana.

Setelah 6 tahun mengajar pada jalur pendidikan formal, Sari kemudian mencari tantangan baru. Karena itulah, sejak 2016, ibu dari sepasang anak ini mengkonversi statusnya menjadi pamong belajar pada Satuan Pendidikan Non Formal Sanggar Kegiatan Belajar (SPNF SKB) Karang Baru sampai dengan hari ini.

Di SKB, Sari bertugas sebagai Pamong Belajar PAUD Dikmas, yang mengelola Pendidikan Anak Usia Dini. Tak butuh waktu lama, Sari segera larut, bersenyawa dengan profesi pamong belajar tersebut.

Hasil persenyawaan tersebut tampak dari tiga gelar dari tiap jenjang Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2019 yang diterimanya. Juara 1 Pamong Belajar PAUD Dikmas tingkat Kabupaten Aceh Tamiang, Juara 1 Pamong Belajar PAUD Dikmas tingkat Aceh, dan Juara 3 Pamong Belajar PAUD Dikmas tingkat Nasional.

Novika Sari mengakui hasil capaiannya belum cukup memuaskannya. Dikatakannya, capaian terbaik bagi seorang ibu sekaligus guru adalah berhasil mengantarkan penerus menjadi generasi terbaik yang dapat memberikan sebesar-besar manfaat bagi semuanya.     

4. Riza Ferilinda, S.Pd.

Seperti ilmu padi. Makin tua makin berisi. Itulah barangkali gambaran tepat seorang Riza Ferilinda. Pasalnya, ibu yang genap berusia 51 tahun pada Agustus lalu, prestasinya kian cemerlang di kala usia matang.

Lahir dan dibesarkan di Kota Kualasimpang, Riza memilih profesi guru sebagai jalur pengabdiannya bagi negeri. Ia mengajar sejak Aceh Tamiang masih tergabung dalam Kabupaten Aceh Timur. Bila ditotal, masa kerjanya mencapai 30 tahun lebih.

Berawal dari guru, Riza sejak 12 tahun yang lalu kemudian berganti posisi. Riza memilih menjadi Pengawas TK pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tamiang. Bukan lelah, katanya. Setelah mendidik ribuan anak-anak, ia beralih mendidik para guru TK di Bumi Muda Sedia. Dikatakan, hal tersebut untuk memastikan proses pendidikan tetap berada di jalur yang benar.

Setelah 12 tahun menjadi pengawas, di tahun 2019 Riza Ferilinda diganjar 3 prestasi sekaligus. Juara 1 Pengawas TK Terbaik tingkat Kabupaten Aceh Tamiang, Juara 1 Pengawas TK Terbaik tingkat Aceh, dan terakhir, Juara 3 Pengawas TK Terbaik tingkat Nasional. Ketiga prestasi sarat prestise tersebut diraihnya dalam ajang Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan pada level berjenjang.

Meski demikian, isteri Aidil Fachrial ini tetap merendah. Ia mengatakan, prestasi tersebut hanya bonus. Bukan tujuan. Karena bagi Riza, tujuan pendidikan ialah membentuk generasi cerdas, berakhlak mulia hingga bisa berguna bagi agama, nusa dan bangsa tercinta. [zuw]